Rabu, 11 November 2009

How to deal with Interview?

Scholarship Hunters,

Banyak pertanyaan yang dilontarkan rekan-rekan tentang “Gimana sih menghadapi interview beasiswa?”

Dari berbagai pengalaman saya pribadi menghadapi interview, banyak hal yang harus dipersiapkan. Seperti yang baru-baru ini saya persiapkan untuk menghadapi interview Chevening Fellowship. Begini ceritanya :

Kebetulan banget saya mendapatkan surat undangan dari British Embassy untuk apply Chevening Fellowship untuk course Delivering Economic Reform and Regulatory di University of Bradford. Pada saat itu belum terpikir untuk apply karena waktu yang diberikan mepet sekali. Tetapi setelah saya pikir-pikir ulang, hmmm.. why not? Nggak ada salahnya mencoba, apalagi sudah dapat undangan dari British Embassy, nanti dikira nggak menghormati.

Kemudian, dengan mulai merenung, saya menggarap application form. Agak sedikit menguras tenaga karena banyak banget pertanyaan yang diajukan. Mulai dari : kenapa ingin mengajukan course tersebut? Apa relevansinya dengan bidang pekerjaan? Apa harapan setelah course? Tunjuukkan kompetensi leadership anda, dan lain sebagainya.. Cukup banyak kan.. Masing-masing pertanyaan tersebut dibatasi maksimum 300 kata.

Nggak disangka, saya mendapatkan SMS good news dari staf Kedubes. Saya dipanggil untuk wawancara. Waah.. alhamdulillah, dengan waktu yang mepet untuk mengisi application form, saya masih lolos dokumen. Saya memang mempraktekkan apa yang saya yakini benar dalam mengisi application form, sebagaimana yang telah saya tulis di buku saya “Winning a Scholarship”.

Sebelum saya diwawancara, saya mulai melakukan persiapan. Pertama, saya meneliti kembali secara seksama course pack course apa yang saya apply. Saya browsing di internet dan mencari informasi tentang University of Bradford, apa saja yang menjadi keunggulannya, dan bagaimana eksistensi course yang akan saya ambil. Setelah mendapat cukup informasi, saya buatkan dalam sebuah pointers yang membantu saya sebagai “kerpekan” dalam mengingat-ingat info tentang course content dan university.

Kedua, saya mulai belajar kembali tentang materi dasar ekonomi. Kenapa? Untuk jaga-jaga saja, karena course content nya terkait dengan economic reform. So.. siapa tahu nanti ditanyain tentang perekonomian. Ngga cuma konten tentang ekonomi saja, tapi saya juga pelajari masalah keuangan negara, APBN, kebijakan fiskal, dan lain-lain. Nggak lupa pula, saya kembali mempelajari konsep-konsep tentang desentralisasi-yang memang menjadi area of interest saya.

Ketiga, saya mulai membaca dan mempelajari Profil Institusi tempat saya bekerja. Kebetulan saya bekerja di Departemen Keuangan, jadilah saya mulai mempelajari reformasi birokrasi yang sedang dilakukan oleh Depkeu. Saya juga mulai membuat pointers mengenai ; tipe organisasi depkeu, struktur organisasi, jumlah pegawai, sampai reformasi birokrasi yang dilakukan.

Keempat, saya persempit lagi dengan mempelajari tentang unit tempat saya bekerja. Saya buka kembali visi dan misi organisasi, struktur organisasi, komposisi pegawai, sampai ke urusan konten anggarannya. Hal ini saya lakukan sebagai bahan amunisi saja jika sewaktu-waktu dipertanyakan pada saat interview.

Kelima, saya mulai mencerna kembali jawaban-jawaban yang saya berikan pada saat mengisi application form. Kemudian, saya membuat bridge atau jembatan dari apa yang sudah saya pelajari tadi dengan jawaban yang sudah saya tulis di application form.

Keenam, saya meminta restu dari suami tercinta karena waktu mengisi application form saya belum bilang ke suami. Awalnya sih suami agak keberatan karena membayangkan akan ditinggal lagi. Tetapi setelah saya komunikasikan dengan baik, suamipun memberi restu dan bahkan beliau juga ingin ikutan course menyusul saya. Restu dari suami ini yang paling penting dan meringankan beban saya dalam menghadapi wawancara.

Itu tadi persiapan pada saat sebelum wawancara. Pada saat menjelang wawancara, ada beberapa hal yang saya persiapkan.

Kebetulan saya mendapatkan giliran wawancara mulai jam 14.20, jadi saya masih memiliki banyak waktu untuk persiapan mental. Maklum, walaupun sudah ikut beberapa kali wawancara beasiswa, tetapi perasaan grogi pasti selalu ada. Apalagi kan yang mewawancara adalah panel dari British Embassy. Sudah kebayang gimana groginya.

So, untuk menghilangkan rasa panik, saya melakukan beberapa hal sebagai berikut:

Pertama, saya review kembali pointers yang saya buat sebagai bahan persiapan untuk wawancara. Baca kembali dan berusaha untuk memorize hal-hal penting apa yang kira-kira nanti akan berguna jika ditanyakan.

Kedua, saya makan yang cukup dan tidak makan yang mengandung resiko terkena sakit perut. Saya juga minum air putih yang banyak supaya sirkulasi darah menjadi lancar.

Ketiga, saya mempersiapkan pakaian yang paling bagus menurut saya, dan tidak berlebihan. Maklum, sebagai wanita, pasti selalu berusaha tampil matching. Mulai dari setelan jas, kerudung, tas, sampai sepatu. Saya juga membubuhkan perfume yang lembut, dan tidak menyengat. Make up pun saya buat tipis sekali tetapi agak enak untuk dilihat.

Keempat, saya memakai aksesoris yang ada berbau “Inggris”, yaitu sebuah pin “white rose” yang merupakan ciri khas Yorkshire. Pin itu merupakan hasil lawatan saya ke York sewaktu saya masih di Inggris. Aksesoris ini ternyata cukup membantu saat ice breaker karena Bule Inggris yang menginterview saya langsung mengenali pin tersebut karena kebetulan banget dia juga berasal dari kota yang nggak jauh dari Yorkshire. Jadilah kami ngobrol tentang York.

Kelima, saya datang ke lokasi interview agak cepat sehingga memungkinkan bagi saya untuk menarik nafas dan berusaha menenangkan diri.

Rupanya persiapan-persiapan simpel tersebut sangat membantu saya dalam proses wawancara. Dengan ice breaker pin Yorkshire tersebut, pewawancara mulai mencair dan benar-benar rileks suasananya. Saya pun semakin semangat waktu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.

Pada saat wawancara, saya tetap menjaga eye contact dengan para pewawancara. Hal ini sangat mendukung penilaian dan tingkat kepercayaan diri saya. Walaupun eye contact dijaga, tapi bukan berarti kita melototin si pewawancara lho, tapi kita berusaha memberikan jawaban yang jujur dan mantap melalui komunikasi mata.

Wawancara yang saya lakukan berjalan sangat lancar dan tidak begitu lama. Yaa saya sih berharap mereka bisa mengerti apa yang saya ungkapkan dan mudah-mudahan saya terpilih sebagai salah satu pemenang Chevening Fellowship tersebut.

Pada saat akhir wawancara, saya dipersilahkan bertanya, dan saya bertanya tentang “Bagaimana kans saya untuk memenangkan beasiswa ini?”. Si pewawancara menjawab, “Well, you have to compete not only with Indonesians, but also with other people around the world”. What???? Huaaa…… berat sekali ya… Tapi nggak papa.. yang namanya usaha khan harus tetap dijalankan ya, sekalipun gagal, tapi paling tidak sudah berusaha memberikan yang terbaik.

Kompetitor saya untuk hari itu sepertinya cuma 3 orang, tapi nggak tahu di hari-hari sebelumnya. Tetapi membayangkan bahwa kompetisinya dengan seluruh dunia.. waahh.. benar-benar extraordinary jika saya bisa mendapatkan beasiswa ini.

Well, itu tadi sekelumit sharing saya menghadapi wawancara beasiswa. Semoga bisa bermanfaat bagi rekan-rekan Scholarship Hunters dalam menghadapi wawancara beasiswa.

Wish me luck ya.. dan tetap semangat!

By: Nenny

Sumber :
http://about-scholarship.com/blog/2009/07/how-to-deal-with-interview/
media2bfree.blogspot.com

0 komentar: